Postingan

Trotoar Dago Selesai Direvitalisasi

Gambar
Foto: Avitia Nurmatari/ detikcom Bandung - Revitalisasi trotoar Jalan Ir. H Djuanda (Dago) sudah rampung. Mulai dari Simpang Dago hingga Jalan Merdeka kini lebih nyaman untuk pejalan kaki dengan trotoar yang lebih luas dan fasilitas tempat duduk serta parkir sepeda. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil bersuka cita dengan suasana baru kawasan Dago itu. Kepada detikcom Ia bercerita tentang mimpinya yang ingin mengembalikan kebiasaan warga Kota Bandung dulu yang gemar berjalan kaki. Trotoar di Dago selesai direvitalisasi. Foto: Avitia Nurmatari/ detikcom Menurut pria yang karib disapa Emil tersebut, budaya jalan kaki saat ini sudah terseret gaya moderen yang seolah bermobil pribadi dan bermotor menjadi keharusan. Padahal, menurutnya, budaya jalan kaki sebenarnya merupakan salah satu ciri kota yang manusiawi. "Sejak saya dilantik, pelan-pelan visi budaya jalan kaki minimal jarak dekat itu dihadirkan dengan merombak trotoar menjadi lebih nyaman, lebih lebar. Juga dilengkapi

Sepanjang Jalan Dago

Gambar
Jalan Dago adalah nama lama jalan Ir. H. Juanda di Bandung. Walaupun saat ini nama jalan tersebut telah diubah secara resmi, penduduk Bandung masih sering merujuk jalan itu dengan nama Dago. Sepanjang jalan ini dapat ditemui berbagai rumah makan, pusat perbelanjaan, butik, toko-toko dan pusat hiburan terkemuka. Selain itu juga terdapat Rumah Sakit Santo Boromaeus dan Institut Teknologi Bandung. Daerah ini sebagai salah satu kawasan terpopuler di Bandung, Dago merupakan salah satu lokasi yang banyak digunakan sebagai tempat nongkrong oleh para muda-mudi Bandung. Selain itu, di Jalan Dago juga terdapat beragam distro dengan harga yang relatif terjangkau dan cocok untuk semua kalangan. Di salah satu sudut jalan Dago terdapat sebuah sekolah yang bernama SMAK (Sekolah Menengah Atas Kristen) Dago, sebelumnya bernama Het Christelijk Lyceum (HCL). Bangunan ini awalnya adalah sebuah Villa milik seorang pengusaha Tionghoa dari marga Tan yang dibangun pada tahun 1927. Dan pada tahun 19

Batas Wilayah Kecamatan, Kelurahan Dan Kode Pos Di Kota Bandung

Gambar
KECAMATAN ANDIR Batas Wilayah: Utara: Kecamatan Cicendo Timur: Kecamatan Sumurbandung Selatan: Kecamatan Bandung Kulon, Babakanciparay, Bojongloa Kaler dan Astanaanyar. Barat: Kecamatan Cimahi Selatan, Cimahi dan Bandung Kulon Kelurahan Campaka 40184 Kelurahan Ciroyom 40182 Kelurahan Dunguscariang 40183 Kelurahan Garuda 40184 Kelurahan Kebonjeruk 40181 Kelurahan Maleber 40184 KECAMATAN ANTAPANI Batas Wilayah: Utara: Kecamatan Kiaracondong dan Mandalajati Timur: Kecamatan Arcamanik Selatan: Kecamatan Buahbatu Barat: Kecamatan Kiaracondong Kelurahan Antapani Kidul 40291 Kelurahan Antapani Kulon 40291 Kelurahan Antapani Tengah 40291 Kelurahan Antapani Wetan 40291 KECAMATAN ARCAMANIK Batas Wilayah: Utara: Kecamatan Mandalajati dan Ujungberung Timur: Kecamatan Cinambo Selatan: Kecamatan Rancasari dan Gedebage Barat: Kecamatan Antapani Kelurahan Cisaranten Endah 40293 Kelurahan Cisaranten Kulun 40293 Kelurahan Cisaranten Bina Harapan 4029

Wisata Alam Tebing Keraton

Gambar
Tebing Keraton atau Tebing Karaton merupakan sebuah tebing yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Tebing ini terletak di Kampung Ciharegem Puncak, Desa Ciburial, Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Dari Tebing Keraton dapat menikmati pemandangan spektakuler. Bukan lampu kota, melainkan hutan! Tidak sulit untuk mencapai Tebing Keraton. Dari pusat kota Bandung, bertolaklah ke arah Dago Pakar, kemudian ke arah Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda. Setelah pintu gerbang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, beloklah ke kanan. Anda akan melewati rumah-rumah besar dan kemudian perkampungan. Setelah itu Anda akan sampai di sebuah warung dengan baliho besar bertuliskan 'Warung Bandrek' alias Warban. Perjalanan belum selesai, pacu kendaraan Anda melewati tanjakan dan jalan berbatu sampai pos teratas, langsung di Tebing Keraton. Di sini, anda bisa memarkir motor dan mobil. Untuk mencapai tebing tersebut, anda hanya perlu berjalan kaki tak sampai 5 menit. Tebing Karaton ini

Goa Belanda Dan Goa Jepang, Peninggalan Perang Dunia Ke 2

Gambar
Goa Belanda Berada didalam Taman Hutan Ir. H. Djuanda – Bandung, terdapat dua buah gua bersejarah. Dua buah goa yang hanya terpisahkan jarak kurang lebih 400 meter tersebut memiliki nama yang disesuaikan dengan negara penjajah yang berkuasa saat gua tersebut di bangun. Goa Belanda yang dibangun pada tahun 1918 memiliki umur yang sedikit lebih tua dibandingkan “adik”-nya Goa Jepang yang baru dibangun pada tahun 1942. Di Goa Belanda terdapat sekitar 15 lorong dan beberapa ruangan seperti Ruang Kamar untuk tempat istirahat / tidur para Tentara Belanda, Ruang Interogasi untuk para tahanan, Penjara atau Ruang Tahanan. Terlihat di atap goa seperti bekas ada penerangan lampu dan terdapat pula seperti bekas rel lori semacam alat untuk pengangkutan barang atau sejenisnya. Juga dinding – dindingnya terlihat sudah memakai semen, sepertinya Goa Belanda ini telah mengalami renovasi. Di dalam Goa Belanda masih bisa ditemui lokasi penempatan radio pemancar kuno. Pada salah satu lorong gua juga

Curug Omas Di Lokasi Wisata Maribaya

Gambar
Curug Omas berada di dalam Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda di lokasi wisata Maribaya. Curug ini memiliki ketinggian terjunan air sekitar 30 meter dengan kedalaman 10 m yang berada di aliran sungai Cikawari. Di atas air terjun ini terdapat jembatan yang dapat digunakan untuk melintas dan melihat air terjun dari posisi atas. Dari atas jembatan ini akan terlihat bentangan dasar sungai yang merupakan pertemuan dua aliran sungai Cikawari dan Cigulun yang nantinya menjadi daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu. Aliran ini mengalir dan berbelok membelah kawasan Tahura tersebut. Selain Curug Omas di aliran sungai ini terdapat pula Curug Cigulung, Curug Cikoleang dan Curug Cikawari yang masing-masing berketinggian sekitar 15 m, 16 m dan 14 m. Ketiga curug ini dikenal dengan sebutan Curug Maribaya. Di kawasan ini juga terdapat curug lain yaitu Curug Lalay yang lokasinya tak jauh dari Curug Omas. Lokasi Curug Omas berada di Desa Langensari, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat, P

Curug Lalay Di Daerah Cimahi

Gambar
Curug yang terletak di wilayah Cimahi ini dinamakan Curug Lalay karena memang banyak sekali lalay (kelelawar) ditemukan di sekitar air terjun. Sebagai salah satu curug di kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Curug Lalay terkenal dengan kondisi alamnya yang masih asri. Terletak di ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut, Curug Lalay merupakan tempat tujuan wisata yang sangat sejuk. Curug ini memiliki ketinggian sekitar 30 m saja dan tersembunyi di dalam lembah. Di sisi kiri curug terdapat sebuah cerukan yang menyerupai goa. Disinilah kelelawar-kelelawar itu banyak ditemukan. Untuk menuju ke Curug Lalay tidaklah mudah karena curug ini tidak seterkenal curug yang lain dan jarang dikunjungi. Selain akses jalan menuju ke curug ini minim, juga tidak adanya papan penunjuk. Satu-satunya penanda yang bisa diandalkan adalah plang Madrasah Ibtidaiyah Cisasawi, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong. Selain itu dianjurkan untuk banyak bertanya pada penduduk setempat keberadaan curug